Rabu, 19 September 2012





Menata Interior Kamar untuk Remaja
Menata Kamar untuk Remaja
Warna dinding kamar harus mencerminkan rasa tenang.

Melewati masa kanak-kanaknya, anak perlu mengekspresikan diri seseuai dengan pertumbuhan usianya. Untuk mendukung babak baru kehidupannya, ketersediaan kamar yang nyaman juga tak boleh luput dari perhatian orangtua. Apa saja yang mesti diperhatikan untuknya?

Kamar remaja punya perbedaan mendasar dengan kamar anak-anak. Sewaktu kecil, ia membutuhkan kamar dengan desain interior yang mengutamakan keamanan. Tempat tidur yang tak terlalu tinggi serta furnitur yang tak berujung sudut tajam, contohnya. ”Kini, ia sudah bisa menjaga diri dengan lebih baik,” ujar Natalia Kartika, desainer interior.


Remaja cenderung memiliki dunianya sendiri, seolah tak boleh dimasuki orangtua ataupun adik. Dalam hal ini yang sebetulnya diinginkannya hanyalah privasi yang lebih terjaga. Jika sebelumnya ia tidur dengan kedua orangtuanya, kinilah saatnya pindah ke kamar sendiri.

Di manakah lokasi terbaik untuk kamar anak yang beranjak besar?
Sebetulnya, tak melulu ia harus menempati kamar yang berdekatan dengan orangtua. ”Jika selama ini Anda membesarkannya sebagai anak yang dapat dipercaya, lokasi kamar tak terlalu menjadi masalah,” imbuh Lia, panggilan akrab Natalia.

Meski begitu, kamar yang berdampingan dengan orangtua memiliki keuntungan tersendiri. Apalagi, jika dibangun pintu penghubung kedua kamar. ”Kapanpun diperlukan, orangtua dan anak remajanya bisa saling mengakses tanpa mengorbankan sisi privasi,” kata Lia yang kerap mendesain interior kamar.

Saat berada di rumah, remaja biasanya menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kamar. Mengerjakan tugas sekolah, mendengarkan musik, memainkan alat musik, membaca, dan tentunya beristirahat dilakukannya di kamar. ”Untuk itu, ia memerlukan peralatan pendukung ketika berada di dalam kamar,” cetus Lia.

Soal penataan sepertinya tak terlalu rumit. Tinggal mengkomunikasikannya dengan anak remaja Anda. ”Tanyakan dan kompromikan tema yang disukainya,” saran Lia. Tak perlu perangkat maupun elemen dekorasi interior yang menguras kocek untuk menghias kamarnya. Anda dan anak malah bisa menghemat budget dengan mengerahkan kreativitas. ”Misalkan ia suka tema Spiderman. Cari saja gambar Spiderman, lalu di-fotokopi warna. Tempelkan di dinding kamarnya,” Lia mencontohkan.

Untuk perabotnya, anak remaja Anda memerlukan kasur yang ukurannya lebih besar. Kasur berbingkai mobil-mobilan yang dulu menjadi favoritnya sebentar lagi tak akan muat menampung tubuhnya yang bertambah tinggi. ”Usahakan tidak menempatkan kasur di lantai. Selain demi mejaga kebersihan, faktor kesehatan juga perlu diperhatikan,” kata Lia yang juga pengarah gaya pada majalah bertema pengasuhan anak.

Selain tempat tidur, remaja juga membutuhkan lemari pakaian, meja belajar, serta furnitur untuk meletakkan perangkat audio, komputer, atau game station yang mungkin dimilikinya. Jika Anda memperkenankannya menerima tamu-tamu sebayanya di kamar, alas lantai dapat digelar untuk mereka. ”Selain praktis juga meminimalkan penggunaan ruang,” ujar Lia.

Si kecil masih sekamar dengan kakak yang remaja? Jika memang tak memungkinkan membuatkan kamar sendiri untuk anak remaja Anda, sepertinya ia harus belajar kompromi. ”Ekspresi dirinya tentu harus dibatasi agar tetap bisa akur dengan kepentingan adik,” ungkap Lia.

Warna
Bagaimana dengan warna dinding? Terhadap ketiga buah hatinya yang mulai meninggalkan masa kanak-kanak, Dr Boyke Dian Nugraha SPOG MARS selalu mendorong mereka untuk menjadi diri sendiri. Ginekolog merangkap seksolog ini lantas membiarkan buah hatinya menentukan desain kamar tidur masing-masing. ”Ayah tidak keberatan begitu saya memilih ungu sebagai warna utama kamar tidur,” ungkap Dhilla Puspitha Novapalloma, putri kedua dr Boyke.

Warna dinding kamar harus mencerminkan rasa tenang. Dengan begitu, begitu memasukinya, anak akan merasa nyaman. ”Hindari warna merah yang membiaskan kesan tak santai dan marah. Kalaupun anak menginginkannya, berikan sebagai aksen. Entah melalui jam dinding atau border warna merah,” Lia memaparkan.


Untuk remaja putri, warna merah muda tak mesti menjadi pilihan. Pink malah terkesan kekanak-kanakan. ”Kamar mereka bisa dibalurkan dengan cat berwarna kuning, kehijauan, atau ungu. Warnanya mesti lembut,” tutur Lia yang belajar desain interior secara otodidak.

Sementara itu, bagi remaja putra, pilihan warna sepertinya agak terbatas. Gradasi warna biru dapat diaplikasikan di dinding kamarnya. ”Warna lain boleh saja, yang penting hindari warna biru tua dan hitam yang membuat kesejukan kamar terusir,” ucap Lia.

Terlepas dari warna, Lia mengingatkan, sirkulasi udara dan pencahayaan juga perlu diperhatikan. Lalu, jangan sampai kamar berubah fungsi menjadi gudang. ”Sebagai area penyimpananan, ia bisa memanfaatkan bagian kolong tempat tidur yang diberi laci atau dus. Minta ia menyortir barang yang tak perlu secara berkala.” rei.



Popular Post

Blogger templates

syafriadi21. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

- Copyright © KUDIK [21] -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -